hari ini, menulis jilid 4 dengan ingatan yang mulai memudar. maklum, otak tua dengan jam terbang terbatas, kapasitas dan kemampuan satu macam dengan otak orisinil yang mulus 0 km.
pagi menjelang hangat mentari yang datang (inspirasi sahabat, kotak)
pagi terakhir di gunung, ayam belum berkokok saat terbangun oleh rian yang keluar dari kepompongnya. dengan kekuatan ekstra, berusaha keras keluar dari tenda dan menerjang dingginnya udara ranu kumbolo, tak mau melewatkan bagaimana hari mengawali hidupnya di tempat itu. cantik sekali. kabut menutupi permukaan danau, bergerak teratur perlahan berkumpul di tengah lalu terbang memudar, sirna terbakar cahaya matahari pagi yang menyorot suram dari celah bukit dan pohon. sekali lagi, lensa d40 harus mengalah dengan lensa alam ini. foto yang dibawa pulang berbentuk digital dalam memori card jauh kalah penting dibandingkan kenangan berbentuk abstrak dalam sanubari.
para pendaki lain tak kalah juang mengabadikan momen. ada yang berfoto dengam ragam gaya yang tak terhitung. lompat sana lompat sini, cengar sana cengir sini, hadap sana kayang sini. masing-masing dengan pilihannya, semua itu tak tergubris. sambil duduk diam dipinggir danau, mengawasi gerahk kabut, menghitung riak air, mencatat gelombang suara alam, merekam suhu udara, panca indra sibuk difungsikan maksimal. sayup terdengar suara ari lasso melantunkan lagi lawas dewa19, tenar saat jaman jiwa labil dan emosi tak stabil. terpaku, diam, tak bergeming, bisu, ini momen keterlaluan.
aktivitas memang terpaksa harus berlanjut, sarapan dan menikmati minuman panas dan hangat suasana dalam tenda. lanjut dengan mencari sisi danau yang serasi untuk cuci muka, sikat gigi, cuci perkakas makan. beberapa meter di samping, ada laki-laki masuk danau, dengan wajah penuh sabun, langsung bilas ambil air danau dengan kedua tangan. “mas.. mas… !!”, “ya” sahutnya.. “mau bunuh ikan ya?”. dua detik kemudian “pprrriiiitttt” suara lifrik, seorang pengawas lari dari arah pos menghampiri si mas, sekilas seperti wasit sepakbola hendak memberi kartu. dipanggil lalu digiring menuju pos. dihukum punguti sampah2 di sekitar area camp ranu kumbolo. rekor pribadi terukir, mencukur kumis, dan, serta jenggot, di ketinggian 2400mdpl.
mata tak bisa menghindar untuk menyimak pendaki2 lain, dari aktifitas hingga atribut, meneruskan ke otak untuk sedikit merenungkannya. tak mampu mengelak untuk berpikir subyektif, semeru sepertinya menjadi target pendaki2 pemula. ranukumbolo memang relatif tidak sulit dijangkau. bukan masalah besar, selama tidak ada aktivitas merusak alam. woles.
tenda sudah masuk ransel, saatnya untuk meninggalkan yang indah2 ini, mendekat ke alam nyata dengan keindahannya yang berbeda lagi. sekitar jam 0947 saat ranukumbolo tertutup punggung. sepakat untuk lewat jalur ayak-ayak. supaya petualangan lengkap dan lebihh cepat, harapannya. hamparan padang rumput mengawali jalur itu dan menemani perjalanan di awal 30 menit, berkisar 2420mdpl, dan segera digantikan oleh track menanjak memasuki kawasan hutan, sekitar jam 1006. tanpa bonus, menanjak terus. harapan bahwa jalur itu lebih singkat mulai pupus. hingga akhirnya 2733mdpl diinjak pada jam 1151. rasanya 2 jam bukan durasi yang buruk untuk menggapai elevasi 300m. tanpa tedeng aling-aling, segera meninggalkan puncak ayak-ayak lewat jalur yang sangat bersahabat, menurun dan landai, sekali2 melewati punggung bukit dengan kiri-kanan jurang berhias kabut. sempat jumpa penduduk lokal dengan motor mereka, mencari kayu. sekitar 2 jam dari puncak ayak-ayak, kaki menginjak ranupani jam 1343. perhentian selanjutnya tentu saja tempat dimana nasi berada. teman2 debby dari jakarta kemudian muncul dan heran, karena mereka berangkat duluan dari ranu kumbolo tapi tiba di ranu pani belakangan.
petualangan memasuki fase antiklimaks bersama dengan 14 orang lainnya, terguncang-guncang di atas jeep, melaju menuju tumpang. begitu sampai, wc a-mart menjadi pusat antrian. di seberang jalan, tersedia juga kamar mandi umum, bertarif 2000 saja. airnya bersih, segar, ruangannya bersih. kemewahan tiada tara seperti gratis, untuk mereka yang baru saja melewatkan 5 hari jauh dari peradaban. matahari sudah bersembunyi saat selesai main-main air. dari situ menuju ke terminal bis malang untuk berpisah dengan teman-teman lain ke arah masing-masing.
sejarah mengulang dirinya sendiri. teringat saat jalan-jalan ke gn. slamet saat 17an di tahun lalu. sunrise cantik terpapar setelah 3 hari, dalam perjalanan turun, di pos 1. kali ini, sunrise cantik disuguhkan di kota semarang, di sekitar airport, 1 jam sebelum tiba di salatiga. well done…
mahameru sampaikan sejuk embun hati
mahameru basahi jiwaku yang kering
mahameru sadarkan angkuhnya manusia
puncak abadi para dewa
(mahameru, dewa19)
jilid i -Â jilid ii -Â jilid iii – jilid iv – album foto