lamunan terganti oleh lelap yang menghampiri, walaupun pagi itu hanya mencapai batas vegetasi di 3060mdpl, cukup banyak tenaga yang terpakai. menjelang siang, terbangun oleh suara rian yang masuk tenda, dengan badan penuh debu putih, wajah kotor dan letih namun senyum2 sumringah sambil berkata, “puncak“. rian rupanya naik terpisah dengan angkit saat lepas dari batas vegetasi dan berhasil mencapai puncak mahameru. menurutnya, angkit lalu bergabung bersama kelompok pendaki lain, namun gagal mencapai puncak. tak lama berselang angkit muncul, juga dengan tampilan serupa, sambil berkata “aku tadi pingsan“.
masuk angin, menjadi kendala utama summit attack subuh itu, semua sepakat. makan malam jam 2300, terbangun oleh suara tantri teriak “cepat-cepat jangan terlambat” jam 0130, berangkat jam 0200 tanpa mengisi perut, bukanlah strategi serangan yang baik. angkit bahkan rupanya keterlaluan baik hati memberikan air bekalnya pada pendaki lain hingga terpaksa akhirnya harus peluk pohon dalam perjalanan pulangnya agar tidak segera mencumbui tanah saat kesadarannya terbang. memang sudah hampir mencapai kalimati sehingga sudah ada tenda pendaki lain yang kemudian penghuninya memberikan air dan sampailah angkit dengan selamat.
kondisi fisik sangat tidak nyaman. mulut hambar, bahkan pahit, mampu membunuh mamoth dengan aroma bau mulut ini. tidak ada selera makan, badan lemas. lewat tengah hari, jalan2 menuju ke sumbermani (mata air) untuk bersih2 badan, buang sial, ambil air untuk masak. setidaknya menambah aktivitas fisik, berharap bisa membantu pemulihan. sekitar jam 1400, rian dan angkit memutuskan untuk menuju dan menunggu di ranu kumbolo.
rencana serangan kedua dihitung dengan lebih matang. makan malam jam 1900, walau masih tidak nyaman mengisi perut. air panas, beberapa butir obat juga dikonsumsi, mencoba akselerasikan proses pemulihan. menu makan malam itu cukup unik, sandwich isi sarden dan mata-sapi-orak-arik. berisitirahat, bangun jam 2100, makan lagi, dengan menu mi instan yang sangat menggugah selera walau dimakan dengan sadar butuh, bukan karena lapar. berangkat 2300. kali ini pakai jaket juga, tidak mau gegabah seperti sebelumnya, hanya mengandalkan baju kaos sehingga menjadi olok-olokan suhu mahameru. untuk ketigakalinya melewati jalan antara kalimati menuju batas vegetasi, rasanya sudah mulai hafal, bahkan, terasa lebih dekat dan lebih ringan. perjalanan cukup lancar walau dengan kondisi belum fit. dalam perjalanan, sempat muntah 2x, yang pertama memang hanya air saja, namun yang ke2 berhasil mengembalikan makan malam kembali ke alam sebelum dicerna usus. efeknya cukup positif, badan terasa lebih baik sehingga dalam angan merasa sangat mampu untuk menginjakkan kaki pada ketinggian 3676mdpl hari itu. melewati arcopodo, cemara tunggal hingga tiba di titik tertinggi pendakian sebelumnya dalam durai sekitar 2 jam. cukup menjanjikan.
mahameru berikan damainya didalam beku `Arcapada` (mahameru, dewa19)
saat jam 0100 mulai meninggalkan batas vegetasi, ramai perjalanan bersama pendaki-pendaki lain. mahameru tidak memberikan toleransi dan keringanan sama sekali. track pasir harus ditaklukkan dengan elevasi kurang lebih 670 meter. 3 langkah naik, 2 langkah turun. pijakan pasir dan batu apung kecil mengajak bermain-main menghabiskan stamina dan waktu. 2 orang, 4 kaki, 4 tangan, 1 tongkat, berusaha menggapai mahameru. berbagai skenario jalan dan tarik diterapkan. dengan tangan kanan, tancap tongkat kayu 1 langkah ke depan, kaki kanan melangkah, berpijak ditahan tongkat supaya tidak bergeser, kaki kiri melangkah naik. tarik. istirahat. ulangi lagi. terus menerus dengan formasi demikian, kecepatan kurang optimal.
menjelang terang, sekitar jam 0400, rasa kantuk mulai menyerang. saat itu rasanya butuh kopi panas 7 gelas. 1 gelas untuk diminum, sisanya untuk siram mata, 3 di mata kiri dan 3 di mata kanan. ngantuk parah. terpaksa duduk dan tidur sekitar 10 menit, naik lagi, selang 20 menit, ngantuk lagi, tidur lagi 10 menit. benar2 ujian berat, bahkan matahari berhasil menyusul pada ketinggian sekitar 3400mdpl. perjalanan sontak dihentikan untuk merekan momen sunrise menjadi kenangan. d40 harus mengalah dulu, hanya beberapa kali sutter berbunyi. adakalanya kamera menjadi distorsi, mengalihkan dan mengurangi nikmatnya menyaksikan raja siang naik tahta dalam kemilau dan kombinasi warna memukau.
2 orang, 4 kaki, 4 tangan, 1 tongkat, berusaha menggapai mahameru dengan skenario baru. berusaha naik 5 langkah lebih dulu, membenamkan kaki dalam pasir untuk mendapat pijakan stabil, ulurkan tongkat, tarik. ulangi lagi. istirahat. cara ini lebih cepat, cukup menjanjikan. tak terduga, masih ada rombongan lain muncul dari belakang, naik, tim dari pasuruan, berhasil menyusul. sekitar 5 anggota bergerak dengan cara unik. posisi badan cukup membungkuk, nungging maksimal, kemudian mendaki dengan 2 tangan dan 2 kaki. cepat juga kecepatan gerak ke atas, namun istirahat juga dibutuhkan lebih intens. hasilnya sama saja.
15 menit mendekati 0900, matahari mulai terasa terik menyengat. kelelahan mulai mendekati memuncak. sisa waktu sangat terbatas untuk menuju ke puncak. menimbang dan terus menimbang. setelah beberapa kali memutuskan untuk tetap melanjutkan pendakian, saat kaki menapak pada ketinggian 3452mdpl, sisa tenaga dan semangat diarahkan ke kali mati saja. turun saja. lagi. mahameru harus bersabar lagi untuk bisa jumpa.
masihkah terbersit asa, anak cucuku mencumbui pasirnya (mahameru, dewa19)
sangat mudah, meluncur di atas pasir terasa menyenangkan menuju batas vegetasi, seharusnya. debby dan lutut kanannya ternyata sudah punya sejarah tersendiri, yang sangat disayangkan harus berulang saat itu. perjalanan menjadi lebih nikmat dilengkapi snut-snut di setiap langkah kaki yang dilakukan. akhirnya saat tiba di kalimati sudah jam 1300. durasi waktu naik sekitar 10 jam dan durasi waktu perjalanan turun sekitar 4 jam. banyak rencana yang ingin dikerjakan di kalimati namun yang paling masuk akal dan segera terjadi adalah melingkarkan badan di atas matras membentuk koma, mengisi kembali kekuatan untuk menuju ke ranu kumbolo. tidur. sebelum bongkar tenda, perut sedikit diisi dengan air panas dan roti. sekitar 1430 kalimati ditinggalkan, membawa cerita pendakian yang cukup unik. tidak banyak yang terjadi dalam perjalanan menuju ranu kumbolo. matahari mengucapkan salam perpisahan hari itu saat mulai mendekati pos cemoro kandang. saat tiba di sana, debby mendapati teman2nya sedang beristirahat, yang kemudian berjalan sama2 menuju ke ranukumbolo.
 jumpa lagi dengan angkit dan rian yang sudah lebih dari 24 jam menghuni ranukumbolo. kata mereka, sudah pindah lokasi tenda 4x, sampai menemukan posisi terbaik, di samping posko, karena terlindung dari angin. ranu kumbolo dengan suhu minimum mencapai -20C, memang bukan dingin biasa. obrolan beberapa hari sebelumnya dengan pendaki lain, “tantangan semeru bukan pada track-nya, tapi pada suhu”.. setuju, walalu track mahameru juga merupakan tantangan.
bertahan didalam dingin, berselimut kabut `Ranu Kumbolo` (mahameru, dewa19)
malam itu, malam terakhir pendakian, berusaha menyerap semua keindahan alam dan momen yang mampir. menikmati pisang goreng, milo, roti bakar sambil ngobrol dalam tenda. ditemani suara alam ranu kumbolo, menuju alam istirahat hingga lelap dalam mimpi masing2.
mereguk nikmat coklat susu, menjalin persahabatan dalam hangatnya tenda (mahameru, dewa19)
jilid i -Â jilid ii -Â jilid iii – jilid iv – album foto