mendadak nglanggeran

sampai detik ini, sambil menikmati migelas yang tersisa, menyebut dan mengetik nama nglanggeran masih harus dengan mengeja suku-kata demi suku kata. lidah dan otak tidak terbiasa dengan nama seperti itu, walau sudah berkali-kali bertanya pada ryan. tidak sudi juga tidak bisa menyebutkan nama tempat yang sudah dikunjungi untuk menikmati track batu dan lumpurnya, juga mengagumi fullmoonset dan sunrise tgl 15 mei 2014, saat hari libur waisak. mungkin tempat itu lebih dikenal dengan nama gunung api purba, di wilayah gunung kidul, yogyakarta. gunung dengan nuansa batu sangat dominan, bahkan dalam jalur naik, ada dua kali harus menyusuri celah batu yang sempit, hanya cukup dilewati satu orang. bahkan ada celah tertentu yang tidak bisa dilalui sambil panggul tas carrier. sangat disesali, jalur turun tidak melalui jalan itu sehingga tidak sempat diabadikan dalam gambar digital. jalan-jalan setelah meninggalkan nglanggeran dilanjutkan menuju goa pindul yang mungkin akan diketikkan di lain waktu saja, sangat mungkin tidak akan.. hehehe…

dua hari sebelumnya, diserang hasrat menyusuri jalan setapak menanjak, padahal selalu hujan di beberapa malam terakhir. entah apa pemicu banjir adrenalin ini, terdakwa utama sepertinya beberapa vid dan foto2 dari med-sos internet. hasrat ingin berdansa dengan cb di atas aspal juga sedang cukup menggebu.. ehehehee. lewat twitter, sebar virus pada angkit, eh, bunga, ryan, waiz dan bayu. tanggapan positif datang dari dua nama pertama. rupanya takdir cukup mendukung, saat H-1 sudah merasa yakin bisa eksekusi rencana itu, jam 1100 janjian dg bunga untuk berangkat 1800. jam 1400 jumpa mas bung, langsung ajak dan langsung positif mau ikut. awalnya sedikit terhambat, baru pulang rumah 1700, secepatnya cari ransum dan packing sampai lewat 1800. ryan sudah mulai start dari kebumen menuju jogja, sedangkan saat itu salatiga kedatangan hujan deras. terpaksa harus bersabar menunggu sambil memastikan pada mas bung, bunga dan ketek bahwa rencana tidak berubah, gara-gara sms ryan seperti ini : “masa pendaki takut ujan?” … :p

berjumpa dengan ketek dan bunga, lalu mas bung dan marco di burjo cemara raya saat hujan reda, sekitar 2030 dan langsung tancap gas menuju prambanan via boyolali-jatinom-klaten. perjalanan cukup lancar walau padat oleh mobil2 yang mungkin mengantarkan para penumpangnya mengisi hari libur besoknya. terkecual lubang dan kucing yang gadai nyawa, perjalanan cukup lancar, tiba di bukit bintang sekitar 2230 lalu sambil makan menunggu ryan yang kemudian muncul bersama epen. dengan bekal kopi hambar 1 gelas besar, lanjur perjalanan menuju basecamp. ketek dan bunga sudah menanggalkan mantel yang dipakai dari salatiga. mendekati basecamp, hujan sudah menunggu. bunga dan ketek pakai lagi mantelnya, seketika itu juga hujan reda.

setelah persiapan di basecamp, mulai melangkahkan kaki untuk mendaki sekitar 0030. medan yg dilalui cukup unik jika dibandingkan dengan gunung2 lain di wilayah jawa tengah karena beberapa jalur harus menerobos celah-celah sempit di antara atau bahkan pada batu-batu besar. entah karena salah jalan atau memang demikian, celah terakhir yang harus dilalui berukuran cukup luas untuk dilewati badan saja, sehingga terpaksa carrier yang dibawa harus estafet. sekali waktu, epen terpaksa harus berjalan dengan kaki kosong krn sendal sudah terlanjur beralihrupa menjadi lumpur sehingga terasa berat dan licin. namun begitu tidak juga menyelamatkannya dari acara terpeleset dan jatuh. perihal jatuh, ketek pegang rekor tak terkalahkan, dengan jumlah jatuh mencapai angka 9 kali. mas bung sebagai pembuka jalan, sempat salah pimpin, namun tidak butuh waktu lama untuk kemudian menemukan kembali jalan yang benar setelah perasaan membiru mendengar totalitas sumbangan suara nyanyian beberapa pendaki lain. sekitar 0200 akhirnya tiba di puncak, dalam rupa batu besar yang dicapai melewati tangga kayu pada sebuah pohon. sudah ada pendaki lain yang berbaring lelap maupun ngobrol menunggu waktunya sunrise.

tenda tidak mungkin didirikan di puncak, kondisinya terlalu ramai oleh para pendaki serta permukaan berbatu dan miring. mas bung dkk sudah berhasil menemuka spot yg cukup luas untuk mendirikan 2 tenda yang dibawa yang dalam waktu singkat sudah berdiri dan terisi. kuliner malam segera dilancarkan, menu makan adalah roti bakar oleh chef ryan dan beberapa makanan kecil dilengkapi dengan coffemix dan milo panas. kondisi tidak cukup memungkinkan untuk membuat api unggun sehingga mas bung merasa nganggur dan segera memacu dengkur di dalam tenda orange (kecil). sontak, rencana pembagian tenda (1 besar, 1 kecil) untuk 2 cewe dan 5 cowo berantakan. para cewe akhirnya menguasai tanda besar (kap 5 org) dan 5 cowo harus cukup berpuas diri dengan tenda berkapasitas maksimum 3 orang.
saat cerita sudah dirasa cukup panjang dan lebar, semua memutuskan untuk berisirahat, sekitar 0400, untuk kemudian akan menuju puncak 0500. tenda cowo sudah penuh oleh mas bung, marco dan ketek sehingga akhirnya bersama dengan ryan menikmati bulat sempurna bulan purnama berwarna orens sambil berbaring beralaskan mantel. udara cukup hangat malam itu, sleeping bag tidak difungsikan, hanya jaket saja sudah cukup melindungi dari udara dingin.

alarm hp harus mengaku kalah oleh alarm biologis yang berbunyi lebih duluan 5 menit. setelah semua anggota rombongan bangun, serangan fajar dilancarkan lalu tiba di puncak 5 menit kemudian. puncak sudah cukup ramai saat itu, terutama oleh pendaki-pendaki muda yang berusaha mengabadikan foto mereka dengan berbagai pose dan busana. beruntung masih tersedia bagian yang kosong di sisi timur, yang tidak disiasiakan, segera diduduki. sisi timur sedikit tertutup oleh sebuah puncak lain sehingga praktis munculnya matahari di awal hari itu tidak bisa terlihat sehingga tidak lama kemudian semua sepakat turun, packing dan menuju basecamp. sekitar 0630 mulai melangkah meninggalkan area puncak, belum sadar bahwa ada tantangan unik menunggu di bawah. ryan memberi komentar, “masa sudah naik turun slamet tapi takut turun di sini” … sial… gentar juga turun pada permukaan batu yang curam dengan jurang yang sabar menanti di bawah, terutama karena sepatu yang ternyata tidak cukup lengket untuk berpijak. dua kali terpaksa ngesot saja dan menjadi tontonan pendaki lain yang antri dari arah belakang.. :)..

tak masalah, ngesot juga halal.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *